PEMERIKSAAN FISIK
1. TUJUAN UMUM
PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini mahasiswa
mampu,melakukan pemeriksaan fisik pada klien dengan cara sistematik dan benar,
sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa dan akhirnya memberikan intervensi
serta implementasi keperawatan dengan benar
2. TUJUAN KHUSUS
PEMBELAJARAN
Setelah melakukan praktek dilaboratorium mahasiswa dapat
;
1.
Menjelaskan prinsip umum
pengkajian
2. Mendemonstrasikan cara pendekatan /
anamnese pada klien
3. Menyiapkan alat yang diperlukan dalam
pemerikasaan fisik
4. Mengatur posisi pasien saat pemerikasaan
fisik
5. Menyiapkan lingkungan yang aman dan nyaman
6.
Mendemonstrasikan tehnik-tehnik
pengkajian
7.
Melakukan pendokumentasian
hasik\l pemeriksaan
3. MATERI YANG HARUS
DIKUASAI
1.
Tehnik komunikasi terapeutik
2.
Dasar teori tahapan
pemerikasaan fisik
4. ALAT DAN BAHAN
- Klien dan status klien
- Meja dorong atau baki
- Alat-alat sesuai kebutuhan
pemeriksaan
-
Tensimeter - Termometer
-
Stetoskop - Jam tangan
-
Lampu
kepala - Lampu senter/penlight
-
THT set (Optalmoskop,
otoskop, Tonometri)
-
Garpu tala -
Spekulum hidung
-
Snellen
card - Spatel lidah
-
Kaca
laring - Pinset anatomi
-
Pinset
cirrurgis - Sarung tangan
-
Bengkok -
Timbangan BB
-
Reflek hammer -
Botol 3 buah
-
Sketsel - Kertas tissue
-
Pengukur
tinggi badan
-
Alat dan buku catatan perawat
Sebelum memulai pemeriksaan fisik ucapkanlah salam
kepada klien dan perkenalkan diri anda, jabat tangan kalau mungkin kemudian
dilanjutkan dengan :
1.
Lakukan
pendekatan interpersonal yang ramah, sopan, menghargai klien ,dapatkan data biografi klien.
2.
Jelaskan
maksut dan tujuan dilakukan pemeriksaan fisik
3.
Siapkan alat-alat yang
dibutuhkan
4.
Lakukan
pemeriksaan sesuai langkah-langkah berikut :
ANAMNESE
Keluhan Utama, merupakan keluhan yang dirasakan klien,
sehingga menjadi alasan klien dibawa ke Rumah Sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang, kronologis dari penyakit yang
diderita saan ini mulai awal hingga di bawa ke RS secara lengkap meliputi ;
a.
P = Provoking atau Paliatif
Apa penyebab gejala ?, Apa yang dapat
mengurangi dan memperberat penyakitnya ?, Apa yang dilakukan pada saat gejala
mulai dirasakan ?, Keluhan psikologis yang dirasakan !
b.
Q = Quality and Quantity
Seberapa tingkat keparahan yang dirasakan
klien
c.
R = Regio or Radiation
Pada area mana gejala dirasakan?, Sejauh mana penyebarannya?
d.
S = severity
Tingkat/skala keparahan, hal-hal yang
memperberat atau mengurangi keluhan
e.
Time
Kapan gejala mulai muncul?, Seberapa sering dirasakan?, Apakah
timbul tiba-tiba atau bertahap?, Kambuhan, dan lama dirasakan?
Pemeriksaan fisik Head to toe (kepala ke kaki) :
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala
dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda
vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan tenggorokan, leher,
dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum, ektremitas.
Ada 4
teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :
1. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan
dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang
adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan
tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh,
warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan
abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.
Contoh : mata kuning (ikterus),
terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
2. Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang
menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk
mengumpulkan data,
misalnya tentang:
temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah
yang perlu diperhatikan selama palpasi :
· Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
· Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
· Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
· Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya
tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
3. Perkusi
Perkusi adalah
pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan
menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan
untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat
menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Suara-suara
yang dijumpai pada perkusi adalah :
Sonor : Suara perkusi jaringan yang normal.
Redup : Suara perkusi jaringan yang lebih padat,
misalnya di daerah paru-paru pada
Pneumonia.
Pekak : Suara perkusi jaringan yang padat seperti
pada perkusi daerah jantung, perkusi
Daerah hepar.
Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah
caverna paru, pada klien asthma kronik.
4. Auskultasi
Adalah pemeriksaan
fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh.
Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat
diauskultasi pada nafas adalah :
Rales : Suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus
pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya
pada klien pneumonia, TBC.
Ronchi : Nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi.
Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
Wheezing
: Bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun
ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
Pleura Friction Rub ; Bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu.
Misalnya pada klien dengan peradangan pleura
Langkah-Langkah Pemeriksaan Fisik :
A. Timbang Berat badan Dan ukur
tinggi badan
B. Lakukan pemeriksaan TTV
C. Pemeriksaan Fisik lengkap
mulai dari kepala sampai kaki
Pemeriksaan Kepala
Yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pemeriksaan kepala :
- Konfigurasi
umum,
- Simetri,
- Penonjolan
tulang,
- Distribusi
rambut,
- Ciri-ciri
kulit,
- Ekspresi
muka,
- Kontak
mata.
- Tekstur rambut dan turgor kulit.
Penemuan Umum
Ø Perkembangan otak, pembentukan tulang, dan
factor-faktor lain menetukan bentuk tengkorak. Hidrosefalus dan mikrosefalus
merupakan contoh dramatis dari respon tengkorak terhadap pertumbuhan otak.
Ø Ekspresi wajah dan kontak mata memberi petunjuk
tentang keadaan emosional pasien. Jangan mengabaikan penemuan-penemuan penting
ini.
Pemeriksaan Mata
Tinjauan Umum
Vaskularisasinya memungkinkan
diagnosis :
ü Anemia,
ü Diabetes,
ü Hipertensi,
ü Hiperviskositas,
ü Arteriosclerosis.
Pemeriksaan Mata
·
Inspeksi Orbita dan Letak Mata
Ø Perhatikanlah alis
mata, yang tumbuh dengan sangat lambat.
Hilangnya
sepertiga lateral alis mata kadang-kadang dijumpai pada miksedema, suatu
keadaan yang disebabkan oleh kekurangan hormon tiroid.
Dan pada bola mata
perhatikanlah apakah pasien menderita eksoftalmus atau tidak.
·
Inspeksi
Kelopak Mata
Ø Pemeriksaan permukaan dalam
kelopak mata atas.
Ø Inspeksi Iris, Sklera dan Kornea
Ø Periksalah sclera untuk
melihat peradangan dan perubahan warna.
Ø Kornea dapat diperiksa secara
langsung atau dengan bantuan oftalmoskop.
Ø Iris normal harus bulat dan simetris.
Ø Reaksi pupil harus
diperiksa dalam beberapa cara.
Pertama,
sinarilah dengan cepat dan langsung ke dalam dalam salah satu mata dan
perhatikanlah kontraksi yang normal. Kedua, tindakan ini membuktikan keutuhan
busur dari reseptor ke efektor baik pada mata yang diperiksa maupun pada mata
kontralateral. Kontraksi terjadi pula kalau mata berakomodasi untuk melihat
dekat.
Pemeriksaan Fisik Telinga
Telinga
Pemeriksaan Telinga
Perhatikan posisi telinga di kepala. Pangkal heliks harus berada
pada garis horizontal dengan sudut mata. Telinga yang terletak rendah sering
menyertai kelainan congenital di tempat lain.
Chvostek Sign
Pemeriksaan ini patologis pada tetani,
yaitu dengan melakukan ketokan ringan pada cabang nervus fasialis dalam
kelenjar parotis, tepat atau sedikit di bawah arkus zigomatikus (di depan liang
telinga luar), yang akan menimbulkan kontraksi atau spasme otot-otot fasialis
(sudut mulut, ala nasi sampai seluruh muka) pada sisi yang sama. Ini disebabkan
kepekaan berlebihan dari nervus fasialis.
Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga dan fungsi pendengaran.
Persiapan alat
1. Arloji berjarum jam detik
2. Garpu talla
3. Spekulum telinga
4. Lampu kepala
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga dan fungsi pendengaran.
Persiapan alat
1. Arloji berjarum jam detik
2. Garpu talla
3. Spekulum telinga
4. Lampu kepala
Prosedur pelaksanaan
Inspeksi dan palpasi telinga luar
1. Bantu klien dalam posisi duduk jika memungkinkan
Inspeksi dan palpasi telinga luar
1. Bantu klien dalam posisi duduk jika memungkinkan
2. Posisi pemeriksa menghadap ke sisi telinga yang dikaji
3. Atur
pencahayaan dengan menggunakan auroskop, lampu kepala atau sumber cahaya lain
sehingga tangan pemeriksa bebas bekerja
4. Inspeksi telinga luar terhadap
posisi, warna, ukuran, bentuk, hygiene, adanya lesi/ massa dan kesimetrisan.
5. Lakukan palpasi dengan
memegang telinga menggunakan jari telunjuk dan jempol.
6. Palpasi kartilago telinga luar
secara simetris, yaitu dari jaringan lunak ke jaringan keras dan catat jika ada
nyeri
7. Lakukan penekanan pada area
tragus ke dalam dan tulang telinga di bawah daun telinga.
8. Bandingkan telinga kiri dan
kanan.
9. Inspeksi lubang pendengaran
eksternal dengan cara berikut:
Ø Pada orang dewasa, pegang daun
telinga/ heliks dan perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan ke belakang
sehingga lurus dan menjadi mudah diamatai.
Ø Pada anak-anak, tarik daun
telinga ke bawah.
10. Periksa adanya peradangan, perdarahan
atau kotoran/ serumen pada lubang telinga.
Pemeriksaan Pendengaran
Menggunakan Bisikan
1. Atur
posisi klien membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m.
2. Instruksikan
klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa
3. Bisikkan suatu bilangan,
misal ”tujuh enam”
3. Minta klien
untuk mengulangi bilangan yang didengar
4. Periksa telinga
lainnya dengan cara yang sama
4. Bandingkan
kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri klien.
Menggunakan Arloji
1. Ciptakan suasana ruangan yang
tenang
2. Pegang arloji dan dekatkan ke
telinga klien
3. Minta klien untuk memberi tahu
pemeriksa jika ia mendengar detak arloji
4. Pindahkan posisi arloji
perlahan-lahan menjauhi telinga dan minta klien untuk memberitahu pemeriksa
jika ia tidak mendengar detak arloji. Normalnya klien masih mendengar sampai jarak 30 cm dari telinga.
Menggunakan Garpu Talla
Pemeriksaan Rinne
1. Pegang garpu talla pada
tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan atau buku jari tangan yang berlawanan
2. Letakkan tangkai garpu talla
pada prosesus mastoideus klien
3. Anjurkan klien untuk memberi
tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran lagi
4. Angkat garpu talla dan dengan
cepat tempatkan di depan lubang telinga klien 1-2 cm dengan posisi garpu talla
paralel terhadap lubang telinga luar klien
5. Instruksikan klien untuk
memberitahu apakah ia masih mendengar suara atau tidak
6. Catat hasil pendengaran
pemeriksaan tersebut
Pemeriksaan Weber
Pemeriksaan Weber
1. Pegang garpu talla pada
tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan atau buku jari tangan yang berlawanan
2. Letakkan tangkai garpu talla
di tengah puncak kepala klien
3. Tanyakan kepada klien apakah
bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu
telinga
4. Catat hasil pemeriksaan
pendengaran tersebut.
Pemeriksaan Hidung
Hidung sebaiknya diperiksa dengan
speculum hidung dan sumber cahaya yang kuat yang diarahkan dengan cermin
kepala. Untuk pemeriksaan di sisi tempat tidur, speculum besar pendek pada
otoskop sudah cukup memadai. Ingatlah bahwa sumbu saluran hidung tegak lurus
dengan muka, tidak sejajar dengan batang hidung. Saat pemeriksaan jangan lupa
untuk menginspeksi hidung dengan memperhatikan permukaan hidung, ada atau tidak
asimetri, deformitas atau inflamasi.
Pemeriksaan Mulut
dan Faring
Ø Dalam pemeriksaan mulut dan
faring inpeksilah bagian bibir, mukosa oral, gusi dan gigi, langit-langit
mulut, lidah dan faring.
Ø Dalam menginspeksi bibir
perhatikan warna, kelembaban, pembengkakan dan ulserasi atau pecah-pecah pada
bibir.
Ø Dalam menginspeksi mukosa oral
mintalah pasien untuk membuka mulut. Dengan percahayaan yang baik dan bantuan
tongue spatel inspeksi mukosa oral. Perhatikan warna mukosa, pigmentasi,
ulserasi dan nodul. Bercak-bercak pigmentasi normal pada kulit hitam.
Ø Dalam menginspeksi gusi dan
gigi perhatikan inflamasi, pembengkakan, perdarahan, retraksi atau perubahan
warna gusi.
Ø Dalam menginspeksi
langit-langit mulut dan lidah perhatikanlah bentuk dan warnanya. Terutama bagi
lidah perhatikan juga papilla. Apakah ada bercak atau tidak.
Ø Dalam memeriksa faring
mintalah pasien untuk membuka mulut, dengan bantuan tongue blade lidah kita
tekan pada bagian tengah. Mintalah pasien mengucapkan “ah”. Perhatikan warna
atau eksudat.
Pemeriksaan Leher
Ø Inspeksi pada leher untuk
melihat adanya asimetris, denyutan abnormal, tumor maupun keterbatasan dalam
Range of Moion (ROM) maupun pembesaran kelenjar limfe dan tiroid.
Ø Pemeriksaan palpasi pada
tulang hyoid, tulang rawan tiroid, kelenjar tiroid, pembuluh karotis dan
kelenjar limfe. Bila terjadi pembesaran tiroid, pemeriksaan palpasi dilakukan
dengan meletakkan ujung jari kedua tangan di kelenjar dengan posisi pemeriksa
di belakang penderita, kemudian penderita diminta menelan sehingga ujung jari
pemeriksa ikut gerakan menelan. Kemudia dilakukan auskultasi di tiroid dan
dapat didengar bising sistolik yang mengarahkan adanya penyakit graves.
Ø Pemeriksaan pada leher untuk
melihat adanya peningkatan vena jugularis dapat memberikan gambaran tentang
aktifitas jantung. Perubahan aktifitas jantung dapat memberikan gambaran pada
vena dengan cara memyebabkan perubahan tekanan vena-vena tepi, bendungan pada
vena-vena tepi dan perubahan pada bentuk pulvus vena.
Ø Palpasi Trakea
Perhatatikan setiap adanya deviasi pada
trakea. Cara
memeriksanya dengan meletakkan jari telunjuk pada diantara trakea dan
strenomastoid. Bandingkan dengan
kedua sisi sebelah kanan kirinya.
Pemeriksaan Bibir :
•
Periksa bibir terhadap warna kesimetrisan pembengkakan
•
Periksa rongga mulut dan lidah terhadap kelembaban, keutuhan dan perdarahan
• Gunakan senter dan sarung tangan
• Amati adanya bau
•
Periksa lidah terhadap gerakan dan bentuk
•
Periksa gigi periksa tonsil dengan menyuruh mengucapkan “aah”
Pemeriksaan Thorak :
•
Kaji dada terhadap serak, dengkur, mengi dan batuk. Gambarkan kejadiannya
•
Amati bantalan kuku terhadap perubahan warna
• Amati warna badan klien
• Periksa thoraks terhadap kesimetrisan dan
abnormalitas
•
Periksa payudara dalam hubungan dengan umur klien
Pemeriksaan Paru :
1. Perkusi batas paru
2. Dengarkan suara napas
Normal : Vesikuler
: Inspirasi > Ekspirasi ,
dapat terdengar di seluruh area paru
Bronkovasikuler :
I = E sedang, dapat didengar di area spasium interkosta 1,2 dan diantara
skapula
Bronkeal : E > I , dapat didengar di
atas Manibrium sterni
Trakeal :
I = E sangat keras, dapat terdengar di trakea leher
Suara napas
tambahan: Rales, Ronchi, weezing, pleura friction rubs, stridor
3. Hitunglah pengembangan paru
Pemeriksaan Jantung :
INSPEKSI DAN PALPASI
1. Dilakukan scr simultan ⇒ ⇒ tahu adanyaketidaknormalan
denyutan atau dorongan.
2. Dilakukan secara sistematis ⇒ ⇒ anatomi jantung : area aorta,
area pulmonal, area trikuspidalis, area
apical, area apical dan area epigastrik, tentukan batas tegas jantung dengan
perkusi.
3. Palpasi lokasi ⇒ ⇒ spasi interkostale ke berapa, , jarak dan garis midsternal midsternal,
midklavikula dan garis aksilaris.
4. Dengarkan (auskultasi) bunyi jantung 1,II, III, IV, galop ritme, ada
tidaknya suara jantung abnormal mur-mur
5. Kaji keteraturan, ritme, frekuensi
Amati postur tubuh klien
•
Amati terhadap cianosis, berak dan edema
•
Amati klien terhadap tanda kesukaran bernapas
• periksa bantalan kuku
Pemeriksaan Abdomen :
• Periksa kontur abdomen saat klien sedang berdiri
dan berbaring
•
Periksa warna dan keadaan kulit adomen
•
Periksa umbilikus terhadap warna, bau herniasi
• Lakukan auskultasi terhadap bising usus
• Lakukan perkusi pada abdomenlakukan palpasi pada
area yang dikeluhkan nyeri oleh klien pada urutan terakhir
Pemeriksaan Anus :
• Posis tengkurap periksa pantat dan paha terhadap
kemerahan dan ruam
• Periksa terhadap tanda2 fisura, hemorroid
Pemeriksaan Genetalia Wanita :
• Periksa mons pubis terhadap rambut
• Periksa labia mayora dan minora
• Perhatikan ukuran klitoris
• Periksa uretra dan lubang vagina
Pemeriksaan Genetalia Laki-laki :
•
Periksa penis, perhatikan apakah klien sudah disirkumsisi
• Perhatikan meatus urinarius
• Periksa kualitas, jumlah dan distribusi rambut
pubis
Pemeriksaan Ekstremitas dan Muskuloskeletal :
•
Jika klien dapat berjalan, amati cara berjalan.
•
Amati lengkung tulang belakang klien dan perhatikan kesimetrisan
pinggul dan bahu
• Periksa mobilitas tulang belakang
•
Periksa dan palpasi pada ekstrimitas bagian atas
• Kaji kekuatan ekstrimitas atas dengan meminta
klien meremas tangan perawat
• Kaji kekuatan otot :
Kekuatan
Otot :
Skala
|
% Kekuatan Normal
|
Keterangan
|
0
|
0
|
Paralisis smpurna
|
1
|
10
|
Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
dipalpasi atau dilihat
|
2
|
25
|
Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
|
3
|
50
|
Gerakan yang normal melawan gravitasi
|
4
|
75
|
Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan minimal
|
5
|
100
|
Kekuatan normal, gerakan penuh yang
normal melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh
|
• Kaji rentang gerak sendi :
Bahu : abduksi
Siku : Fleksi
Pergelangan tangan : fleksi,
ekstensi, hiperektensi, abduksi, adduksi
Tangan dan jari : fleksi, ekstensi,
hiperektensi, abduksi, adduksi
Pemeriksaan Tingkat Kesadaran :
• CM : sadar penuh, dpt jawab pertanyaan
• Apatis : acuh tak acuh
• Somnolen : tidak mau bangun kecuali dg rangsang
nyeri
• Delirium : kacau motorik, memberontak, tidak
sadar tempat, orang dan waktu
• Stupor : hampir koma tetapi dapat dibangunkan
dengan rangsang nyeri
• Koma : kesadaran hilang
Tingkat Kesadaran
Tingkat
kesadaran klien dengan menggunakan GCS (Glascow Coma Scale) :
- Reaksi
mata
4
: Klien dapat membuka mata secara spontan, tanpa disuruh
3
: Klien dapat membuka mata sesuai perintah
2
: Klien dapat membuka mata dengan rangsangan
nyeri
1
: Tidak ada reaksi sama sekali
b. Reaksi bicara
5
: Klien mempunyai orentasi baik terhadap tempat,
orang dan waktu
4
: Klien dapat bicara tetapi membingungkan
3
: Klien dapat bicara tetapi lebih membingungkan
lagi, kalimat tidak tersusun dengan
baik
walaupun kata-katanya terbaca
2
: Klien hanya dapat mengguman saja (masih keluar suara / nada)
1
: Klien diam (tidak ada suara)
c. Reaksi motorik
6
: Klien dapat mengikuti perintah dengan baik
5 : Klien tidak dapat
menjalankan perintah, dan gerakan hanya melokalisir rangsangan (menolak jika dicubit)
4 : Bila diberi rangsangan
klien hanya menghindar / tanpa penolakan
3
: Bila diberi rangsangan klien melakukan ssgerakan fleksi
2
: Bila diberi rangsangan klien melakukan gerakan ekstensi
1
: Tidak ada gerakan sama sekali
Meningal sign / tanda rangsangan otak
- Tanya klien
(bila sadar) pakah merasakan sakit kepala /tidak
- Cek kaku kuduk dengan cara meletakkan telapak
tangan kiri di bawah leher klien
(cervikal), raba dan lakukan penekukan kepala
- Amati apakah klien muntah-muntah / tidak,
berapa banyak, sejak kapan, berupa
- Amati apakah klien mengalami kejang-kejang
(lokal / general)
Pemeriksaan Integumen meliputi : Kulit, Rambut dan Kuku
Kulit
Inspeksi : bau badan, hiperhidrosis,
bromhidrosis, Hiperpigmentasi, Hipopigmentasi, Vitilago, pucat, sianosis,
ikterus,
Lesi pada kulit primer : makula eritematosa yang
diskret dan tersebar (rubela), kista (massa yg semi padat atau terisi air,
berkapsul, menonjol, dan berukuran 1 cm atau lebih, timbul dari jaringan
subkutaneus atau dermis (ex : kalazion), Nodul tumor : massa yang keras, padat,
dan menonjol yang menembus lebih dalam hingga dermis dibandingkan papula ex :
karsinoma sel skuamosa, papula, plaki, vesikel (cacar air), pustula (jerawat),
lesi (urtikaria).
Lesi kulit sekunder : atropi : stria, kulit
lansia, erosi : bekas goresan, likenifikasi : dermatitis kronis, bersisik :
kulit kering, eksim, krusta : herpes, ulkus : ulkus tekanan ulkus statis,
fisura : celah pada kaki, mulut, tangan, jaringan parut : luka yang telah
sembuh, jerawat yang sembuh, Keloid : keloid akibat tindik telinga atau
pembedahan.
Palpasi : adanya edema (piting dan non
pitting)
Kuku
Inspeksi kuku : normal : jika sudut
plat kuku 160 derajat,
Abnormal : kuku bentuk sendok, tabuh awal (sudut datar
180 derajat), tabuh lanjut (sudut lebih dari 180 derajat) ,dan garis beau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar